Kepribadian dan Ketertarikan

image

Kemarin, akhirnya berkesempatan menuntaskan buku Personality Plus for Couple, buku yang 4 tahun lalu membuat saya penasaran ingin membuka segelnya. Namun sayang, tak layak rasanya jika buku dengan segel terbuka dijadikan kado pernikahan untuk kakak tercinta. Alhamdulillah, kunjungan ke Bandung kali ini menghilangkan penasaran 4 tahun lalu.

Ada banyak hal menarik yang saya dapati didalam buku ini, yang tentunya tetap harus kita kritisi dengan fitrah manusia yang termaktub dalam Al-Qur’an. Salah satu hal mengesankan yang mungkin tidak kita sadari. Mengenai ketertarikan seseorang. Hasil riset membuktikan, rata-rata sebagian besar dari kita cenderung tertarik pada mereka yang karakternya berkebalikan. Mereka yang berkepribadian Sanguinis cenderung tertarik pada sang Melankolik, sedang Koleris lebih merasa nyaman dengan Pleghmatis. Begitu juga pada kepribadian kombinasi. Sang koleris-sanguinis tertarik dengan pleghmatis-melankolis. Demikian pula kombinasi lainnya. Berlaku sebaliknya. Tidak mutlak demikian memang rumusnya, karena kita temukan juga pasangan-pasangan dengan karakter senada. Hanya saja, ketika mencoba menganalisa beberapa pasangan suami istri yang saya kenal, perbandingan yang didapatkan adalah 9 dari 10 pasangan memang cenderung berkebalikan. Bahkan dengan menggunakan teori dari buku ini, saya mencoba melakukan tes kepribadian pada adik saya, dari hasil tes tersebut, saya mencoba menerka tentang tipe laki-laki seperti apa yang dia sukai, dan yes! hasilnya, pipinya bersemu merah 🙂

Ketertarikan ini dikarenakan sadar tidak sadar diri kita mengagumi karakter-karakter yang tidak kita miliki. Mungkin juga karena tabiat manusia yang selalu merasa tidak puas, maka apa yang tidak ada pada dirinya seringkali menjadi suatu hal yang menarik. Namun diluar itu semua, sangat bisa jadi ini adalah cara Allah untuk membuat kita terus berbenah, tidak terlalu bangga diri dan saling melengkapi.

Berbicara tentang ketertarikan, benar memang di awal kita akan cenderung tertarik dengan karakter yang berkebalikan, akan tetapi perlu diingat akan ada saatnya kita temukan hal-hal (yang bagi kita dengan kepribadian tertentu) yang mengesalkan dari kelemahan-kelemahan kepribadian yang berlawanan dengan kita tersebut. Sang koleris merasa sebal dengan pleghmatis yang seringnya melakukan pekerjaan dengan pelan, tidak menunjukkan ekspresi semangat, dan melakukan apa saja untuk terhindar dari konflik. Sedang pleghmatis lelah dengan koleris yang suka memerintah, meremehkan orang lain, dan terbiasa dengan konflik. Lain halnya dengan melankolis yang kesal dengan sanguin yang tidak teratur, ceroboh, dan terlalu banyak bersenang-senang. Lalu kekesalan itu berbalas ketidaksukaan sanguin pada melankolik yang terlalu sensitif, sulit diajak bercanda dan tidak spontanitas. Lalu, bagaimana bisa terjadi kecocokan?

Disinilah luar biasanya islam. Yang mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk dalam hal karakter diri. Islam mengajarkan kita memiliki kemauan yang kuat  layaknya kolerik, hati yang peka seperti melankolik, sosial yang baik sebagaimana sanguin, juga stabil dan tenang dalam berbagai keadaan seperti pleghmatik. Islam juga mengajarkan untuk membuang tinggi hati dan meremehkan orang lain yang kadang dimiliki kolerik, segera bergerak dan bertindak yang perlu melankolik benahi, keteraturan hidup yang sering dilupakan sanguin, dan menghindari santai yang berlebihan seperti si pleghmatik. Oleh karenanya apapun karakternya, dengan keislaman dan keimanan yang benar, maka perbaikan akan lebih mudah, maka pribadi akan terus bertumbuh, karena iman menghebatkan, karena iman memampukan, melejitkan potensi diri menggerus kelemahan pribadi. Mungkin ini adalah bonus yang Allah berikan di dunia jika kita memilih dan menentukan pasangan karena Diin.

Betapa islam adalah sebaik-baik manhaj bagi pembentukan pribadi, memperkuat karakter positif diri, dan menggerus sifat-sifat buruk diri. Menata cara bersikap dimana dan bagaimana. Maka layaklah jika dikatakan islam adalah satu dari ni’mat terbesar yang tanpanya sia-sialah hidup kita. Seluruhnya.

Wallahua’lam

Maaf tidak ada kutipan, karena coretan ini ditulis di perjalanan kereta Bandung-Surabaya 🙂

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.